Apakah aku pantas bahagia?



Setiap orang tentu memiliki pandangan dan definisi bahagia yang berbeda. Ada yang bilang bahagia itu ketika cinta terbalas, bahagia itu bisa melihat orang yang kita sayang tersenyum, bahagia itu ketika mendapatkan kado spesial dari orang yang spesial, bahagia itu ketika dapat ketenangan dalam hati, dan bahagia itu ketika bisa makan hari ini. Dari beberapa contoh definisi bahagia dari yang kompleks sampai sederhana, menurutmu yang mana definisi bahagia itu?

So, kamu tidak bisa menyamakan persepsi bahagia menurutmu dan menurut orang lain. Tapi, disini kita tahu bahwa semua orang berhak bahagia menurut cara dan pandangan yang berbeda pula. Sehingga untuk mencapai kebahagian yang memang sesuai dengan definisi masing-masing terkadang kita akan melakukan apa saja yang penting “kita bahagia”. Dari yang melakukan hal-hal yang ektstrim hingga hal-hal yang simple. Namun, tahukah kamu ketika apa yang bikin kamu bahagia apakah itu yang kamu butuhkan atau mungkin hanya keinginanmu saja?

Martin Seligman ia merupakan salah satu bapak psikologi positif membagi arti kebahagiaan ke dalam 3 tingkatan, yaitu: pertama, The Pleasent life (Kehidupan yang menyenangkan) kebahagian tingkat ini sangat mudah didapat mengapa? Karena kebahagiaan jenis ini adalah yang mampu memberikan kesenangan jasmani saja, seperti makan enak, nonton drama korea, main games, dan juga kepuasan nafsu. Tentu semua itu menyenangkan, namun tahukah kamu sesuatu yang mudah didapat akan mudah hilang juga? Ketika makan enak setiap hari, suatu saat akan merasakan kebosanan sehingga mencari makanan yang lebih enak lagi, lalu nonton drama korea ketika sudah selesai akan mencari drama korea serial terbaru, begitupun dengan games dan tentu kepuasaan nafsu yang tidak ada habisnya. Sehingga kebahagiaan jenis ini tidak akan pernah merasa cukup dan puas karena selalu ingin lagi dan lagi, namun juga sangat melelahkan. Tapi karena mudah, banyak orang yang mengandalkannya agar bahagia.

Kedua, The Good Life (Kehidupan yang baik), kebahagiaan jenis kedua ini dimana hubungan antara kita dengan kegiatan sehari-hari yang disukai sehingga kadang lupa dengan waktu dan juga walaupun lelah dalam menjalankannya tetapi membuat diri senang. Dan ini berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan yang kita cintai, dimana tanpa dibayarpun kita tetap melakukannya. Seperti menulis puisi, menyanyi, dan orang yang memiliki hoby misalnya memelihara ikan cupang, mengoleksi beberapa karakter animasi dll. Jenis kebahagiaan ini lebih long lasting daripada jenis yang pertama, namun kehilangan sumber kebahagiaan jenis ini akan menimbulkan efek kekecewan dan kesedihan yang long lasting pula. Contohnya ketika puisi yang diplagiat, suara yang tiba-tiba hilang sehingga tidak bisa menyanyi, ikan cupang yang tiba-tiba mati, ataupun karakter animasi yang dicuri. Tentu hal seperti itulah yang akan membuat kita seketika merasakan kekecewaan dan juga kehilangan.

Dan tingkat kebahagiaan yang ketiga, The Meaningful Life (Kehidupan yang bermakna), jenis kebahagiaan inilah yang sangat penting dan lebih berarti dalam hidup namun sulit juga untuk dicapai. Karena hal ini merupakan sebuah pemahaman bahwa kita telah menemukan arti dalam hidup yang sebenarnya, tentang sesuatu yang jauh lebih besar. Kita tahu apa tujuan hidup kita yang sebenarnya. Dan yang terpenting, kita menjalani kehidupan untuk sesuatu yang lebih besar yang akan memberikan makna dalam hidup kita. Bahagia ketika dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Segalanya, dan Yang lebih berkuasa atas hidup kita, bahagia karena rasa syukur dengan apa yang kita miliki, pemahaman akan kedamaian hati, juga melahirkan makna hidup yang membawa kebahagiaan. Tentu sulit bukan mencapai tingkat kebahagiaan jenis ini?

Setelah mengetahui tingkatan kebahagiaan, lalu dimanakah kamu berada? Apakah kamu menemukan definisi kebahagiaan yang sesungguhnya?

So guys, ngga harus 24/7 kita selalu bahagia. Ngga selamanya kita selalu merasa bahagia. Ada saatnya kita merasakan ketidakadilan, kegagalan, tidak dianggap, hingga merasakan kesepian. Dan tentu ada saatnya kita berpikir, “Kenapa harus aku?” “Apa Tuhan ngga sayang sama aku?”. Ada saatnya kita merasa sakit banget, dan yang bisa kita lakukan adalah menjalaninya, berharap bisa melewatinya setidaknya bisa bertahan. Jadikan sebagai pelajaran bahwa apa yang kita alami tentu akan ada hikmahnya, mungkin ngga langsung tau karena keterbatasan ilmu, tapi kita harus yakin bahwa ini adalah bagian dari skenario dari Allah. Jadikan pula sebagai pengingat agar tidak terlalu cinta terhadap dunia yang hanya sebagai fatamorgana yang tidak bisa dijadikan patokan untuk selalu bergantung pada dunia.

Dan intinya kita semua ingin bahagia. Tapi masalahnya adalah kita tidak tahu bahwa kebahagiaan itu sangat general sangat luas cakupannya, karena bisa jadi makan enak, punya barang branded, punya pasangan, bisa jalan-jalan kemana saja, bisa dikatakan semua itu bisa bikin bahagia. Tanpa kita tahu kebahagiaan itu apa, bagaimana kunci kebahagiaan, apa yang kita butuhkan, dan seperti apa kehidupan yang ingin kita jalani. Dan dengan gamblangnya kita mendefinisikan kebahgiaan sesimple itu.

Kita bahagia dengan menggantungkan segala sesuatu nya kepada manusia yang sama dengan kita, yang sewaku-waktu akan berubah entah itu perhatiannya, perasaannya, dan juga perlakuannya pada kita. Karena manusia itu tidak tetap, akan ada perubahannya. Jangan mencari sumber bahagia dari manusia itu sendiri. Dengan menghabiskan waktu kita memikirkannya, berusaha peduli padanya yang belum tentu peduli juga kepada kita, membuat dia merasa senang karena kita bahagia ketika melihat orang yang kita cintai merasa senang terhadap kita, yang pada akhirnya semua akan semu, kita akan dikecewakan olehnya, karena tempat bergantung sesungguhnya hanyalah kepada Allah. Jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk membuat orang lain merasa senang terhadap kita, sehingga dengan segenap raga dan jiwa didedikasikan hanya untuk nya.

Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu [kesenangan yang palsu] (Qur’an ;  Al-Hadiid: 20). Jelas bukan, semua hanyalah tipuan semata, karena ketika hidup kita bergantung kepada manusia itu semua akan ada batasnya. Dan bagaimana jika orang yang kita harapakan kebahgiaannya diambil oleh Allah, karena “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” Tentu ketika waktunya tiba, kita akan merasakan sakit saat kehilangan orang yang kita harapkan dan orang yang kita jadikan bergantung padanya. Apakah pantas menanyakan kembali “Apa aku ngga berhak bahagia? Karena orang yang aku sayang pergi meninggalkanku.” 

Jadi, apa yang benar-benar kita butuhkan itulah akhir bahagia, bukan bahagia dipertengahan apalagi bahagia di awal. Berhentilah mengejar kebahagiaan yang salah, berhenti memprioritaskan waktu, pikiran dan tenaga hanya untuk kebahagiaan yang sementara. Dan akhir yang pasti adalah mati. Jadi, persiapkan kebahgiaan yang sebenarnya, kejar kebahagiaan yang tepat, jangan buat hidupmu sia-sia. Dan telaah kembali untuk apa sebenarnya kamu hidup dan apa tujuan hidupmu.

 

Sumber bacaan: What’s so wrong about your life-Ardhi Mohamad.

Tidak ada komentar untuk "Apakah aku pantas bahagia?"

close