Find your why, find your way
![]() |
sumber foto: gambar pribadi |
Adakah disini yang masih ngga tau hidup mau ngapain? Atau buat apa kita hidup? Dan apa yang harus dilakukan untuk menjalani hidup ini? Yes, itupun pertanyaan yang selalu ada dalam pikiranku saat ini. Prinsipku adalah lakukan hari ini dengan usaha yang sebaik-baiknya. Mungkin lebih ke mengikuti alur atau hidup seperti air yang mengalir. Banyak yang berpendapat bahwa hidup seperti air yang mengalir itu ia tidak mempunyai prinsip bahkan disebut tidak punya pendirian.
Mungkin sebagian orang meng-konotasikan istilah “Hidup seperti air yang mengalir”itu dengan pengertian yang negatif. Namun tidak sedikit juga yang berpendapat positif terhadap istilah tersebut. Dan aku pun disini menulis mengenai istilah tersebut karena aku sendiri mengadopsi istilah itu dalam find my way dalam hidup ku. Namun dengan begitu, diriku masih mencari dan juga ingin menemukan adakah sesuatu yang bisa untuk aku pertahankan dan mengupgrade sesuatu yang akan menemaniku menemukan jalan yang harus aku tempuh.
Ada yang berpendapat bahwa ia mengatakan “Ya, memang benar adanya hidup seperti air yang mengalir. Namun harus ada pengarahnya supaya ada pengaruhnya”. Air mengalir dari hulu ke hilir, dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Artinya air hanya tau kemana ia akan mengalir hingga menemukan tempat yang disebut dengan penampungan, namun air tidak tau apakah tempat penampungan tersebut bersih atau kotor. Jika dikaitkan dengan kehidupan tentu kita memilih menginginkan tempat yang baik, yang bersih, aman, dan nyaman. Dengan begitu, tugas kita adalah mengontrol air itu supaya berhenti di tempat apa yang kita inginkan tersebut. Sehingga apa yang kita tampung memiliki manfaat yang baik untuk sebuah kehidupan itu sendiri. Seperti halnya apa yang senantiasa kita kerjakan, kita mengikuti sebuah kegiatan memilki pengaruh yang sangat bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Maka sampai sini apakah masih disebut tidak memiliki prinsip? That’s a choice.
Ada juga salah satu quotes bahwa menikmati hidup mengalir seperti air, bukan berarti pasrah dengan keadaan tapi bagaimana cara kita menyikapinya. Ini berarti bahwa sejatinya kehidupan memang sudah ada yang ngatur, sebagaimana diri membuat perencanaan dengan sebaik-baiknya tetap ada yang lebih tau mana yang baik dan tidak untuk kita miliki atau dapatkan, ada yang lebih berhak menentukan akan seperti apa skenario dalam hidup ini. Terlepas dari itu semua tentu bukan berarti pasrah dengan takdir, namun juga berusaha untuk mengubah sesuatu yang memang bisa diubah. Seperti halnya rezeki seseorang, walaupun Allah sudah menetapkan bagaimana rezeki orang tersebut, tetapi jika orang tersebut tidak mengusahakan mendapatkan rezeki itu maka ia tidak akan mendapatkannya. Bukankah uang tidak jatuh dari langit?
Sebagian lagi mengatakan bahwa hidup seperti air mengalir itu ia tidak punya pendirian, karena air hanya mengikuti kemana ia akan mengalir, jika dikaitkan dengan kehidupan mungkin ia akan terbawa arus oleh sesuatu yang memang sedang tren saat ini sehingga dikatakan bahwa ia hidup mengikuti apa yang kebanyakan orang lain lakukan, ia melakukan sesuatu bukan karena dirinya senang, bukan karena dirinya suka, tetapi karena orang lain pun melakukannya. Selalu terlihat seperti apa yang orang lain mau, meskipun ia sendiri keberatan untuk mengikuti dan melakukannya. Tidak salah memang, karena dalam realita pun seperti itu. Walaupun air mengalir dari hulu ke hilir, kadang yang dilewatinya datar, kadang curam, kadang berbatu agar sampai ke tempat yang tenang. Maka dengan begitu ada banyak rintangan yang harus dihadapi, ada banyak halangan yang harus dilalui, meskipun hidup seperti air mengalir tapi tujuannya adalah ketenangan. Seseorang yang ambisius ia tak akan pernah tenang ketika apa yang ia usahakan tidak sesuai dengan ekspektasi dirinya. Bukankah usaha itu tidak akan mengkhianati hasil? Lalu bagaimana dengan qodo dan qodar Allah?
Terkadang inilah kenapa kita harus mengenal diri kita sendiri, kalaupun mengikuti arus maka ikutilah dengan memberi warna pada lingkungan tersebut. Jadilah sebuah pembaharu. Dan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Tentunya tidak sedikit orang yang belum mampu memilih jalan yang harus ia pilih. Kebingungan dalam memilih atau menimbang apakah ini baik, apakah itu buruk? padahal sejatinya pandangan baik atau buruknya seseorang tidak ada standarisasinya sendiri. Namun apa yang baik dan apa yang benar hanyalah tetap berada di jalan-Nya sesuai fitrah manusia itu sendiri. Yaitu tidak melanggar norma agama, sesuai dengan tuntunan Islam. Tidak ada yang menyesatkan, karena yang sesat adalah ia yang tidak mau mencari kebenaran.
Berbicara mengenai fitrah, maka manusia harus bisa menjadi manusia itu sendiri. Bertingkah layaknya seorang manusia, namun tetap ada batasannya. Tidak semena-mena, bukankah kita diciptakan melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya? Dengan demikian apa yang sedang saat ini jalani dan lakukan niatkanlah untuk beribadah.
Dan hidup seperti air mengalir itu pembawaan yang tenang, namun memiliki prinsip yang kuat. Pengaruh air dalam hidup ini sangatlah besar, karena teryata air pun dapat membelah batu itu sendiri bukan?
Maka hiduplah dengan menemukan alasan untuk apa kita hidup, ketika sudah menemukan alasannya, kita pun akan menjalani hidup dengan terarah, mencari dan menemukan jalan agar bisa mencapai derajat manusia yang mulia. Tidak luntang lantung atau berpasrah dengan takdir. Tidak seperti itu juga. Ada hal yang perlu kita perjuangkan dengan jalan yang tak mudah.
Meskipun hidup hanya mengikuti arus, tapi harus punya kendali dalam diri. agar hidup lebih bisa terarah, punya visi misi dan juga tujuan. Memiliki semangat dan motivasi 48:28 yaitu memenangkan dien dengan cara meraih prestasi di berbagai bidang atau salahsatunya, menjadi kebanggaan orang tua, bangsa maupun negara. Memiliki cita-cita yang mulia, hidup yang optimis, penuh amal soleh yang meninggalkan jejak amal yang menjadi spirit inspirasi motivasi untuk generasi yang akan datang. Misi dengan bepegang pada 51:56 yaitu senantiasa menjadi hamba yang taat dalam beribadah, mendasari segala perbuatan semata-mata hanya untuk beribadah. Dengan tujuan menjadi wakil Allah 2:30 yang senantiasa menjaga bumi ini hingga menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.
🤍🤍
BalasHapusEhhh ikaaa
Hapus