Apa Kabar Hati?
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh badannya, namun jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, gumpalan darah itu adalah hati.” (HR. Muslim no.2996)
Dalam beberapa detik terkadang emosi manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi hatinya. Sebentar-sebentar senang namun bisa jadi berubah dalam sekejap menjadi rasa marah ataupun sedih. Itulah hati yang diartikan sebagai sebuah perasaan. Lalu, apa yang sedang anda rasakan saat ini?
Manusia diciptakan memiliki hati. Entah itu hati dalam artian sebagai anggota tubuh manusia yang disebut dengan liver dan hati yang selalu diartikan dalam bentuk sebuah perasaan. Tentu kita tahu bahwa hati (liver) merupakan salah satu organ yang perannya sangat vital dalam tubuh manusia. Dan memiliki peran yang sangat penting mulai dari menghancurkan racun di dalam darah, menghasilkan protein, hingga membantu proses pencernaan. Sungguh, jika hati kita tidak berfungsi dengan baik, tentu akan mengganggu kemampuan fisik dan juga kesehatan kita. Maka dari itu, kita harus senantiasa menjaga hati kita agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik.
Begitupun fungsi hati yang diartikan sebagai bentuk perasaan. Begitu bermacam-macam kondisi hati kita, dan beragam pula perasaan yang kita rasakan. Sebuah perasaan merupakan salah satu karunia yang diberikah oleh Allah agar senantiasa kita bersyukur kepadanya. Karena dengan perasaanlah kita memiliki rasa peduli antar sesama makhluk-Nya, saling mencintai dan saling menyayangi. Itulah satu dari sekian banyak karunia yang Allah berikan kepada kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga ke-stabilan hati agar kita senantiasa mengendalikan emosi yang ada dalam diri dan kita pun harus bisa mengenali kondisi hati yang sebenarnya, agar dapat mengontrol setiap perasaan yang timbul dalam diri kita.
Hati merupakan bagian terpenting yang paling tidak stabil, karena disanalah bahwa hati menjadi tempat bertarung antara kesadaran diri manusia melawan musuhnya, yakni hawa nafsu dan setan. Hati akan mendorong kita untuk berbuat baik atau mendorong kita berbuat buruk. Kita akan menjadi orang yang baik ataukah buruk perbuatannya tergantung bagaimana kondisi yang kita miliki. Sebagai gambaran, jika sebuah teko diisi air kopi maka ketika kita menuangkannya ke dalam gelas, gelas pun berisi air kopi juga. Hati itulah diibaratkan sebagai tekonya.
Maka dari itu kita harus mengetahui karakteristik hati kita. Agar kita dapat mawas diri atas kondisi hati masing-masing. Sudah sejauh mana tingkatan hati kita. Sehingga evaluasi diri secara terus menerus dapat kita lakukan dalam rangka mengontrol gejolah hati yang ada dalam diri kita.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Hati itu ada empat macam; hati yang bersih ia seperti lentera yang bercahaya, hati yang tertutup ia terikat dengan tutupnya, hati yang sakit dan hati yang terbalik.”
Hati yang bersih adalah hatinya orang beriman, ia seperti lentera bercahaya, sedangkan hati yang tertutup adalah hatinya orang kafir, hati yang sakit adalah hati orang munafik, ia mengetahui yang baik namun ia mengingkarinya, dan hati yang terbalik adalah hati yang di dalamnya ada iman dan nifak, contoh keimanan di situ adalah seperti tanah yang dapat memberikan air yang bersih, sedangkan nifak adalah seperti bisul, di dalamnya hanya ada nanah dan darah, maka di antara keduanya yang paling kuat ia akan mengalahkan lainnya.
Dari emapt kriteria hati tersebut, tentu kita harus memiliki hati yang bersih yang di dalamnya terdapat lentera yang bercahaya. Karena hati yang demikian yang bisa merasakan nikmat dan indahnya iman. Selain itu, adalah kondisi hati yang mesti kita waspadai dan harus bisa kita hilangkan.
Sudah ada bayangankah bagaimana kondisi hati yang ada dalam diri?
Menurut Imam Al-Ghazali hati manusia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, hati yang sehat (qolbun salim). Kondisi hati yang sehat membawa kita kepada keselamatan. Hati yang sehat memiliki tanda-tanda di antaranya, imannya yang kuat, selalu bersyukur, khusyuk dalam beribadah, sabar, suka berdzikir. Hati yang sehat ia akan segera sadar jika melakukan kesalahan dan senantiasa bertaubat. Pemiliki hati yang sehat akan merasakan hidup yang tenteram dan damai. Kedua, hati yang sakit (qolbun maridh). Yaitu hati yang masih memiliki keimanan dan masih mau melakukan ibadah. Namun hati yang sakit juga ternoda dengan maksiat dan dosa. Tanda-tandanya adalah selalu gelisah, jauh dari ketenangan, mudah marah, tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki, susah menghargai orang lain. bisa dikatakan pemilik hai yang seperti ini, menjalani kehidupan pun merasa kurang nyaman dan dihantui dengan dosa. Ketiga, hati yang mati (qolbun mayyit). Adalah hati yang mengeras karena banyaknya kotoran yang melekat, akibat dari dosa-dosa hasil dari perbuatannya.
Itulah beberapa kondisi hati manusia. Manakah kondisi hati yang ada dalam diri kita sendiri? Jika sudah mengetahuinya, maka itu semua menjadi bahan introspeksi untuk kita. Agar senantiasa kita selalu menjaga dan mengupdate kondisi hati kita apabila hati kita berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sakit masih bisa diobati, rusak masih bisa diperbaiki, sedangkan mati? Wallahua’lam.
Hati itu berbolak balik. Dan iman pun juga naik turun. Maka tempalah hati kita, update-lah keimanan kita agar senantiasa istiqomah (konsisten) dalam ketaatan kepada Allah dan juga Rasul. Senantiasa menebarkan kebaikan dimanapun, menyebarkan kebenaran, dan menyerukan keadilan. Semoga dengan mengetahui kondisi hati kita, maka langkah kita dalam menjalani hidup akan terarah.
Tidak ada komentar untuk "Apa Kabar Hati?"
Posting Komentar