Siapa Yang Kau Kambing Hitamkan?
Saat kita masih kecil ingatkah ketika kita tersandung batu, atau kepala kita terantuk pada tembok dan kita menangis, orang tua kita menyalahkan benda yang membuat kita tersandung dan terantuk. Padalah logikanya untuk apa memarahi sesuatu yang sudah jelas itu adalah sebuah benda mati yang tidak bisa bergerak.
Akibatnya, hingga saat ini setiap peristiwa yang dialami tanpa kita sadari atau tidak, kita selalu mencari penyebab segala sesuatu yang telah terjadi itu hingga menyalahkan orang lain, mengambinghitamkan orang lain. Apakah kita menyadarinya? Yang lebih fatal kita menyalahkan orang lain yang tidak melakukan kesalahan apapun. Mengapa seperti itu? Karena manusia memerlukan sebuah pelampiasan.
Ketika marah pun terkadang manusia melampiaskannya hingga bisa menyakiti orang lain. Entah itu dengan tingkah laku saat marah itu dengan menggunakan kekerasan (menampar/menendang/memukul) atau dengan kata-kata yang membuat orang lain sakit hati.
Padahal tidak semua hal yang terjadi kepada kita akibat dari perbuatan orang lain. Jika kita mampu mengenali diri kita sebagai manusia dengan baik tentu kita tidak akan menyalahkan segala sesuatu yang telah terjadi dengan melimpahkan kesalahan yang dibuat sendiri kepada orang lain. Sebuah kecelakaan yang menimpa kita seperti halnya tersandung batu atau terantuk tembok karena kita tidak hati-hati. Artinya apapun yang terjadi mungkin saja itu adalah kesalahan yang telah kita lakukan, namun karena diri kita begitu naif untuk mengakui itu adalah kesalahan sendiri sehingga kita menyalahkan orang lain.
Tidak sedikit manusia yang selalu menyalahkan takdir. Padahal jika kita yakin bahwa segala hal apapun yang terjadi itu semua adalah ketetapan yang telah Allah tetapkan untuk diri kita. Rezeki, hidup, dan mati pun telah Allah atur sedemikian rupa untuk kita masing-masing. Jangan terlalu mudah untuk langsung menyalahkan takdir. Karena Allah tidak mungkin memberikan takdir yang buruk untuk hamba-hamba-Nya.
Lalu bagaimana dengan orang yang berbuat dosa dan maksiat, apakah kita akan menyalahkan takdir juga? Ada sebagian orang ketika berbuat dosa dan maksiat, menjadikan iblis atau setan sebagai kambing hitam. Padahal, kalau kita pikir-pikir, bukankah tak ada gunanya menyalahkan Iblis? Karena Iblis memang bertugas menggoda manusia. Mereka mencari sebanyak mungkin pengikut, sebanyak mungkin teman, untuk menerima siksa Allah di neraka kelak. Sejatinya, tetap kitalah yang bersalah, mengapa mau saja menuruti godaannya.
Allah tak akan memberi ujian di atas kemampuan hamba-Nya. Jika kita kaitkan dengan godaan setan dan hawa nafsu, bukankah itu bermakna bahwa Allah tidak mungkin memberikan godaan, baik godaan seta atau hawa nafsu, di atas kekuatan manusia untuk melawannya? Saat kita merasa bahwa godaan setan dan nafsu begitu besar, sebenarnya dalam diri kita tersimpan kekuatan untuk melawan yang jauh lebih besar atau minimal setara dengan kekuatan godaan tersebut.
Saat kita berbuat dosa dan maksiat, bukan berarti kita kalah oleh setan dan hawa nafsu. Diksi yang lebih tepat adalah karena kita memutuskan kalah oleh setan dan hawa nafsu. Andai mau melawan, kita pasti bisa memenangkan pertempuran tersebut. Ketika godaan setan dan hawa nafsu begitu besar, sesungguhnya kita pun menyimpan potensi yang besar pula. Saat godaan untuk berbuat dosa dan maksiat sedang menghebat, sesungguhnya kekuatan dalam diri kita untuk melawannya juga hebat. Maka, jangan merasa lemah dan menyerah pada godaan setan dan hawa nafsu.
Kembali lagi pada sebuah takdir, Allah tidak mungkin menakdirkan seseorang kecelakaan. Karena bisa jadi kecelakaan yang menimpa kita karena kelalaian kita sendiri, kita yang kurang untuk menjaga diri dan tidak berhati-hati. Begitupun ketika kita berbuat dosa maupun maksiat sejatinya itu bukan karena setan dan hawa nafsu, namun kekuatan kita dalam melawan godaan mereka begitu lemah, sehingga kita pun memutuskan kalah dari pertempuran tersebut.
Bukan orang lain yang harus kita kambing hitamkan, bukan pula setan yang harus kita salahkan. Namun diri kitalah yang sebenarnya yang salah. Kita yang lalai dan kita juga yang tidak bisa menahan godaan setan.
Mari, kita berdoa kepada Allah semoga kita senantiasa dilindungi dari kesesatan. Semoga Allah memberikan kita kekuatan agar terhindar dari godaan-godaan setan yang terkutuk yang menjauhkan diri kita dari rahmat-Nya. Dan semoga Allah memberikan cahaya agar kita selalu berataubat kepada-Nya. Karena hanya Allah lah sebaik-baiknya tempat kembali dan hanya Allah lah yang dapat menolong kita dari gelapnya kemaksiatan.
👍👍❤️❤️
BalasHapus