Saat Diri Mulai Lalai?
5L. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, dan Lalai. Hampir sama sii artinya. Mau tau apa perbedaanya? Yuk kita mulai pelajari masing-masing kata tersebut!

Lesu itu adalah orang yang sedang tidak fit badannya. Lemah adalah orang yang tidak kuat atau tidak mampu melakukan sesuatu. Letih/lelah adalah orang yang tidak mampu lagi melakukan suatu kegiatan karena capek. Sedangkan lalai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kurang hati-hati; tidak mengindahkan (kewajiban,pekerjaan, dsb); lengah.
Nah sudah tau kan perbedaanya?
Pembahasan kali ini seputar
tentang lalai. Coba kita tanya dalam diri sendiri. Pernahkah aku abai dengan
tugasku? Pernahkah aku lupa dengan kewajibanku? Pernahkah aku bermalas-malasan
dalam sebuah pekerjaan? Jawablah dalam hati.
Hal terbesar saat rasa lalai
muncul dalam diri karena tidak adanya motivasi yang dapat membuat seseorang
bergerak atau melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong diri kita untuk
melakukan apapun yang perlu dilakukan dan pada waktu yang tepat. Pertanyaannya
perlukah semua orang memiliki motivasi?
Jawabannya tentu semua orang
sangat memerlukan dorongan dalam hal psikologis. Terutama saat diri merasa down
dan membutuhkan semangat lain agar terpacu untuk melanjutkan hidup. Karena
motivasi itu sendiri memiliki manfaat. Pertama, motivasi sebagai pendorong perbuatan,
contohnya nih seorang siswa tidak ingin belajar, namun karena ia mengetahui
dampak yang akan terjadi apabila ia tidak belajar, maka ia akan bodoh. Hal
inilah sesulit apapun tetap dilakukan walaupun merasa berat untuk melakukannya.
Jadi, motivasi sebagai pebdorong perbuatan ini dapat mempengaruhi tindakan apa
yang akan diambil selanjutnya setelah merasakan dorongan dalam diri.
Kedua, motivasi sebagai
penggerak perbuatan. Ketika rasa malas atau lalai menghampiri diri kita,
kemudian munculah dorongan dalam diri untuk berencana melakukan sesuatu.
Setelah itu, alam bawah sadar kita tanpa kita sadari membuat diri kita bergerak
untuk melakukan sesuatu hal. Inilah yang dinamakan motivasi penggerak
perubahan. Ketiga, motivasi sebagai pengaruh perbuatan. Motivasi seperti
ini menentukan apa yang harus dikerjakan dan dilakukan yang mendukung untuk
mencapai goals (tujuan). Seperti, ketika kamu merasakan hal terbesar
dalam diri pada saat melakukan sesuatu. Sehingga rasa malas, jenuh, dan apapun
itu menjadi terkalahkan dengan rasa motivasi tersebut.
Nah sudah taukan seberapa penting
motivasi tersebut?
Lalu bagaimana peran motivasi
dalam kehidupan menurut perspektif Al-Quran? Loh ko menurut Al-Quran?
Jawabannya adalah Al-Quran merupakan bagian dari diri kita sebagai pegangan dan
pedoman dalam menjalankan kehidupan ini. Allah berfirman dalam Al-Quran yang
artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d:
11). Dari ayat tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata
motivasi yang paling kuat adalah diri kita seorang. Motivasi sangat
berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam tindak-tanduknya.
Dengan kata lain bahwa motivasi
itu sendiri adalah niat. Karena niatpun merupakan sebuah pendorong dalam
melakukan segala sesuatu. Seperti dalam sebuah hadits dari Umar bin Khattab,
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya amalan itu
tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sebagaimana yang ia
dapatkan” (HR. An-Nasa’i no.3734, Tirmidzi no.1571, Abu Daud no.1882, Bukhari
no. 6195). Karena motivasi disebut dengan pendorong maka penggerak dan
pendorong itu tidak jauh dari naluri baik bersifat negatif ataupun positif. Dan
sesungguhnya motivasi itu mengarahkan pada suatu tujuan.
Lalu apa sii tujuan kita yang
sebenarnya?
Jabatan yang tinggi? Gelar yang
panjang? Rumah yang mewah? Harta berlimpah? Pasangan yang cantik/tampan? Jauh
dari itu semua tujuan hidup kita yang sebenarnya adalah meraih ridho-Nya.
Karena dengan ridho-Nya segala hal pencapaian yang kita dapatkan akan menjadi
berkah. Dan bagaimana cara kita meraih ridho-Nya? Yaitu dengan ibadah.
Keimanan seseorang tidak pernah
tetap, karena akan selalu ada perubah-perubahan dalam keyakinan seseorang. Mengalami
fluktuasi. Kadang kuat, kadang lemah. Kadang naik, kadang turun. Rasa lalai
muncul bisa jadi karena tidak kuat dan lemahnya keimanan kita. Kurangnya
motivasi dalam diri, tidak adanya dorongan dalam beribadah kepada Allah. Kenali
mengapa diri ini lalai.
Kelalaian akan membawa kita
kepada kecelakaan. Loh ko bisa? Ya bisa, ketika kita lalai dalam berkendara
misalnya tentu akan terjadi sesuatu yang membuat diri kita maupun orang lain
dalam bahaya dan terjadi kecelakaan. Tentu dalam kehidupan ini, saat diri lalai
celakalah hidup kita. Lalai dalam beribadah seperti sholat, akan membawa kita
kepada kerugian yang sangat besar, entah di dunia ataupun di akhirat.
Saat diri mulai lalai berakibat
pada malasnya dalam beribadah, lupa mengingat Allah Ta’ala, mengabaikan tugas
dan kewajiban. Bagaimana cara mengatasinya? Tentu dengan cara yaitu pertama,
memperbanyak istighfar. Ko harus istighfar? Bisa jadi rasa lalai itu
berasal dari segala perbuatan-perbuatan yang buruk, bermaksiat, dan merusak
diri, maka dengan memohon ampun kepada Allah Ta’ala lewat istighfar
sebanyak-banyaknya. Istighfar bermanfaat untuk memperkuat iman, mengusir
pikiran jahat, menenangkan diri, dan melegakan beban pikiran.
Kedua, memahami konsep
waktu. Kalau ada hal paling misteri di dunia ini, itulah waktu. Karena waktu
tak ada yang bisa jamin. Dan waktu tak akan pernah bisa kembali. Jadi manfaatkan
waktu terutuma waktu luang dengan sebaik-baiknya, jangan menunggu waktu luang
untuk beribadah, tapi luangkanlah waktu untuk beribadah. Ketiga, berdoalah
kepada Allah Ta’ala. Trik maupun tips tidak akan bisa menyelamatkan diri kita
dari lalai tanpa pertolongan Allah kepada kita.
Oleh karena itu Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita sebuah doa agar terhindar dari
sifat malas. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas,
rasa takut, kejelekan diwaktu tua, dan sifat kikir. Dan akku juga berlindung
kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari
no.6367, dan Muslim no.2706).
Tidak ada komentar untuk "Saat Diri Mulai Lalai?"
Posting Komentar